Di dalam sebuah perusahaan, pasti akan terjadi sebuah
perubahan. Baik itu hanya sekadar pergantian karyawan, promosi jabatan, atau
bahkan sampai dengan perubahan manajemen secara signifikan dari perusahaan itu
sendiri. Perubahan itu sendiri ada yang bersifat positif maupun sebaliknya. Dan
yang pasti, harus ada respon dan adaptasi terkait perubahan tersebut.
Di sini, saya sebagai penulis akan membagikan sebuah studi kasus
perubahan manajemen yang terjadi di salah satu perusahaan yang ada di Kota
Yogyakarta. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa, yaitu jasa digital
printing. Yang terjadi sekitar pertengahan tahun 2019.
Pada saat itu, masalah yang terjadi adalah banyaknya konsumen
yang memiliki tunggakan pembayaran dikarenakan perusahaan terlalu memberikan
keleluasaan dan kepercayaan yang berlebih kepada konsumen. Alhasil, laporan
keuangan sampai minus ratusan juta akibat hal tersebut. Lalu, apa yang dilakukan
oleh perusahaan? Yang pasti harus segera melakukan manajemen perubahan. Hal yang
dilakukan adalah menghubungi semua kontak konsumen yang memiliki tunggakan, dan
meminta untuk segera melunasinya. Kemudian, sistem order yang digunakan diubah
sedemikian rupa, jadi tidak ada lagi konsumen yang bisa memiliki tunggakan di
dalam laporan keuangan perusahaan nantinya.
Nah, sepenting apa sih perubahan manajemen di sebuah
perusahaan?
Perubahan manajemen di dalam perusahaan memang harus
dilakukan jikalau sistem yang sebelumnya sudah tidak relevan atau bahkan jika sudah
merugikan perusahaan. Seperti kasus diatas, sistem yang berlaku sebelumnya, sudah
mulai memberikan kerugian terhadap perusahaan dengan nominal yang cukup besar. Petinggi
perusahaan pun berpikir untuk segera mengubah sistem yang ada, yang harapannya
bisa meningkatkan kinerja dan meningkatkan laba perusahaan.
Kenapa bisa terjadi banyak konsumen yang memiliki
tunggakan (dalam kasus diatas)?
Kesalahan dari perusahaan adalah terlalu menaruh
kepercayaan yang besar kepada konsumennya. Padahal tidak semua konsumen mereka
adalah orang yang bisa dipegang kepercayaan maupun tanggung jawabnya. Alhasil,
dalam kurun waktu setahun lebih, banyak sekali konsumen yang melakukan
pembayaran secara kredit, tetapi tidak diangsur, padahal mereka sudah membawa
hasil jasa dari perusahaan digital printing tersebut.
Kok perusahaan itu bisa sih percaya banget sama
konsumen yang tidak dikenal?
Karena pada tujuan awalnya adalah hanya sebuah ide
promosi agar tempat digital printing tersebut bisa semakin banyak mendatangkan
konsumen, dengan iming-iming harga murah dan kemudahan dalam permbayaran. Target
promosi tersebut awalnya hanya pelaku usaha menengah yang memiliki modal minim,
tetapi lama-kelamaan justru malah dimanfaatkan oleh banyak orang yang tidak
bertanggung jawab.
Nasib konsumen yang memiliki hutang gimana? Apa
sampai proses hukum?
Untuk konsumen yang memiliki tunggakan, oleh
perusahaan dimintai pertanggung jawaban secara baik-baik, agar segera melunasi
hutang-hutang mereka. Tetapi, tidak sedikit juga konsumen yang menghindar
karena memiliki hutang yang cukup banyak. Tidak semua konsumen akhirnya
melunasi hutang-hutangnya, terlebih lagi jika sudah berganti kontak, sudah
tidak bisa dihubungi lagi, seakan menghilang.
Gimana nasib perusahaan setelah sistem manajemennya
diubah?
Setelah mengalami perubahan sistem dan manajemen,
alur produksi perusahaan menjadi semakin jelas, semakin tertata. Perusahaan sudah
menghapuskan ide promosi yang membolehkan untuk kredit jasa digital printing
tersebut. Dan laporan keuangan perusahaan juga menjadi semakin stabil.
Komentar
Posting Komentar